Sabtu, 12 Maret 2011

link tentang koenjadiningrat,.

http://gudang-biografi.blogspot.com/2009/12/biografi-koentjaraningrat-biografi.html

George S. Yinger

George S. Yinger, lahir di kota ini, 8 Agustus 1838, putra dari Paulus dan Christine (Snyder) Yinger. Dia mulai belajar perdagangan tukang kayu pada tahun keenam belas dan kontraktor mulai pada rekening sendiri pada usia dua puluh tahun. Dia telah sangat sukses dalam bisnis, dan telah mendirikan beberapa rumah pribadi terbaik di York dan York County.

Pada bulan Oktober, 1859, ia menikah Cassandria Weigle, putri Martin dan Maria (Schriver) Weigle, dan enam anak-anak telah memberkati serikat ini: Annie, Brize, Alice, Aquila, dan dua bayi (almarhum).

Mr Yinger adalah seorang sersan di Resimen Dua Hundreth Pennsylvania Relawan selama perang akhir, dan berpartisipasi dalam semua pertempuran resimen, termasuk Bermuda Seratus, Fort Steadman dan muatan final Petersburg. Di tempat terakhir resimennya terlibat langsung di depan yang terkenal "Neraka Fort."

Biografi George Herbert Mead

George Herbert Mead lahir di South Hadley, sebuah kota kecil di Massachussetts, Amerika pada 27 Februari 1863. Dia anak dari seorang clergyman, minister[1] bernama Hiram Mead yang juga adalah seorang pendeta gereja kongregasional serta juga mengajar sebagai profesor di seminar teologi di Oberlin College di Ohio. Sedangkan ibunya bernama Elizabeth Storrs Billings adalah seorang wanita yang berpendidikan yang juga mengajar di Berlin College selama dua tahun dan kemudian menjadi presiden di Mount Holyoke College selama sepuluh tahun[2]. Melalui kedua orang tuanya, Mead mewarisi Puritanisme New England[3]. Dan ketika Mead berusia enam belas tahun, dia masuk ke Fakultas Teologi di Oberlin College Ohio, tempat dimana ayahnya mengajar, dan Mead mendapatkan gelar sarjananya pada tahun 1883 dari Oberlin College, yang menurut catatan dia adalah sebuah institusi yang secara social sangat maju, namun kurikulun serta gaya intelektualnya sangat tradisional dan dogmatis yang mencerminkan pengarus dari Puritanisme New England, dan dibawa pengaruh dari temannya yaitu Henry Northrup Castle, Mead pelan – pelan menolak dogmatism agama dari Oberlin namun tetap mempertahankan masalah social yang sangat kuat tersebut[4].

Setelah lulus dari Oberlin di umur 20 tahun, Mead sempat mengajar di sebuah sekolah namun hanya sebentar. Dan George Herbert Mead pun pada tahun 1887 belajar ke Harvard University selama satu tahun untuk mengkaji filsafat dan psikologi. Selama di Harvard, Mead tertarik dengan filsafat romantic dan idealistic dari Hegel, yang kemudian dia pergi ke Jerman selama tiga tahun untuk belajar filsafat dan psikologi di Leipzig dan Berlin. Selama disana Mead mempelajari pandangan serta gagasan dari para filosof idealis Jerman, dan di Jermanlah Mead semakin menunjukkan ketertarikan pada psikologi dibanding dengan filsafat. Dan di tanah Eropa itu juga George Herbert Mead menikah dangan saudari dari Henry Northrup Castle, teman lamanya ketika di Oberlin, yaitu Helen Castle. Akhirnya pada tahun 1891, Mead kembali ke Amerika dan mulai mengajar sebagai dosen untuk mata kulian filsafat dan psikologi di Michigan University selama tiga tahun, tempat dimana dia bertemu dengan John Dewey. Kemudian ditahun berikutnya Mead menggabungkan diri dengan Depertemen Filosofi ketika mengajar Psikologi Sosial tingkat lanjut di Universitas Chicago sampai dia meninggal pada tahun 1931 dalam usia 68 tahun, dan disebut oleh John Dewey bahwa George Herbert Mead adalah pikiran paling asli dalam filsafat Amerika bagi generasi - generasi terakhir.

Selama menempuh pendidikan di Harvard, Mead banyak belajar dan mendapat pengaruh dari William James tentang pragmatism dalam filsafat di konsep diri (self), dan John Dewey pun juga adalah salah satu tokoh pragmatis yang berpengaruh pada pemikiran – pemikiran George Gerbert Mead dalam konsep isyarat (gesture). George Herbert Mead adalah merupakan orang penting dalam Filsafat Pragmatis, walaupun dia masihkurang kalau sebagai pelopor pragmatism dibandingkan dengan John Dewey, yaitu teman juga koleganya selama di Universitas Chicago. George Herbert Mead tidak pernah menulis buku secara sistematik. Tulisannya tentang Mind, Self and Society (1934) dan Movements of Thought in the 19th Century adalah merupakan materi – materi kuliah Mead yang telah mempengaruhi perkembangan Sosiologi Kontemporer khususnya pada pembahasan tentang Interaksionisme Simbolik, yang diberikannya ketika Mead menjadi dosen dan dibukukan oleh salah satu mahasiswanya yang sangat mengagumi Mead dan juga merupakan salah satu Sosiolog terkenal, yaitu Leonard Cottreil.

George Herbert Mead memiliki pemikiran yang mempunyai sumbangan besar terhadap ilmu social dalam perspektif teori yang dikenal dengan interaksionisme simbolik, yang menyatakan bahwa komunikasi manusia berlangsung melalui pertukaran symbol serta pemaknaan symbol – symbol tersebut. Mead menempatkan arti penting komunikasi dalam konsep tentang perilaku manusia, serta mengembangkan konsep interaksi simbolik bertolak pada pemikiran Simmel yang melihat persoalan pokok sosiologi adalah masalah sosial. Seperti yang telah diuraikan diatas, Mead adalah salah satu pelopor dalam Filsafat Pragmatisme dinama pragmatism adalah menekankan hubungan yang sangat erat antara pengetahuan dan tindakan untuk mengatasi masalah social. George Herbert Mead adalah orang yang sederhana dan rendah hati, dan dia merasa sangat nyaman di tengah – tengah lingkungan kota Chicago yang dinamis. Seperti para penganut pragmatism lainnya, Mead yakin akan kemungkinan – kemungkinan perubahan social. Oleh karena itu, George Herbert Mead juga melibatkan dirinya dalam reformasi social karena dia mempercayai bahwa ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah – masalah sosial tersebut. Dan Mead juga menentang gagasan bahwa insting adalah sebagai dasar dari kepribadian manusia, karena dia melihat bahwa komunikasi antar individu adalah sebagai inti dari pembentukan kepribadian manusia itu. Dengan kata lain, kepribadian individu dibentuk melalui komunikasi dengan orang lain serta citra diri dibangun melalui sarana interaksi dengan orang lain.

Auguste Comte

Auguste Comte


Riwayat Hidup
Auguste Comte dilahirkan di Montpellier, Prancis tahun 1798, keluarganya beragama khatolik dan berdarah bangsawan. Dia mendapatkan pendidikan di Ecole Polytechnique di Prancis, namun tidak sempat menyelesaikan sekolahnya karena banyak ketidakpuasan didalam dirinya, dan sekaligus ia adalah mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak.
Comte akhirnya memulia karir profesinalnya dengan memberi les privat bidang matematika. Namun selain matematika ia juga tertarik memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan masyarakat terutama minat ini tumbuh dengan suburnya setelah ia berteman dengan Saint Simon yang mempekerjakan Comte sebagai sekretarisnya.
Kehidupan ekonominya pas-pasan, hampir dapat dipastikan hidupa dalam kemiskinan karena ia tidak pernah dibayar sebagaimana mestinya dalam memberikan les privat, dimana pada waktu itu biaya pendidikan di Prancis sangat mahal.
Pada tahun 1842 ia menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Course of Positive Philosophy dalam 6 jilid, dan juga karya besar yang cukup terkenal adalah System of Positive Politics yang merupakan persembahan Comte bagi pujaan hatinya Clothilde de Vaux, yang begitu banyak mempengaruhi pemikiran Comte di karya besar keduanya itu. Dan dari karyanya yang satu ini ia mengusulkan adanya agama humanitas, yang sangat menekankan pentingnya sisi kemanusiaan dalam mencapai suatu masyarakat positifis.
Comte hidup pada masa akhir revolusi Prancis termasuk didalamnya serangkaian pergolakan yang tersu berkesinambungan sehingga Comte sangat menekankan arti pentingnya Keteraturan Sosial.
Pada tahun 1857 ia mengakhiri hidupnya dalam kesengsaraan dan kemiskinan namun demikian namanya tetap kita kenang hingga sekarang karena kegemilangan pikiran serta gagasannya.
Konteks Sosial dan Lingkungan Intelektual
Untuk memahami pemikiran Auguste Comte, kita harus mengkaitkan dia dengan faktor lingkungan kebudayaan dan lingkungan intelektual Perancis. Comte hidup pada masa revolusi Perancis yang telah menimbulkan perubahan yang sangat besar pada semua aspek kehidupan masyarakat Perancis. Revolusi ini telah melahirkan dua sikap yang saling berlawanan yaitu sikap optimis akan masa depan yang lebih baik dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebaliknya sikap konservatif atau skeptis terhadap perubahan yang menimbulkan anarki dan sikap individualis.
Lingkungan intelektual Perancis diwarnai oleh dua kelompok intelektual yaitu para peminat filsafat sejarah yang memberi bentuk pada gagasan tentang kemajuan dan para penulis yang lebih berminat kepada masalah-masalah penataan masyarakat. Para peminat filsafat sejarah menaruh perhatian besar pada pertanyaan-pertanyaan mengenai apakah sejarah memiliki tujuan, apakah dalam proses historis diungkapkan suatu rencana yang dapat diketahui berkat wahyu atau akal pikiran manusia, apakah sejarah memiliki makna atau hanyalah merupakan serangkaian kejadian yang kebetulan. Beberapa tokoh dapat disebut dari Fontenelle, Abbe de St Pierre, Bossuet, Voltaire, Turgot, dan Condorcet. Para peminat masalah-masalah penataan masyarakat menaruh perhatian pada masalah integrasi dan ketidaksamaan. Tokoh-tokohnya antara lain Montesquieu, Rousseau, De Bonald.
Dua tokoh filusuf sejarah yang mempengaruhi Comte adalah turgot dan Condorcet. Turgot merumuskan dua hukum yang berkaitan dengan kemajuan. Yang pertama berisi dalil bahwa setiap langkah berarti percepatan. Yang kedua adalah hukum tiga tahap perkembangan intelektual, pertama, orang pertama menemukan sebab-sebab adanya gejala-gejala dijelaskan dalam kegiatan mahluk-mahluk rohaniah, kedua, gejala-gejala dijelaskan dengan bantuan abstraksi dan pada tahap ketiga orang menggunakan matematika dan eksperimen. Menurut Condorcet, Studi sejarah mempunyai dua tujua, pertama, adanya keyakinan bahwa sejarah dapat diramalkan asal saja hukum-hukumnya dapat diketahui (yang diperlukan adalah Newton-nya Sejarah). Tujuan kedau adalah untuk menggantikan harapan masa depan yang ditentukan oleh wahyu dengan harapan masa depan yang bersifat sekuler. Menurut Condorcet ada tiga tahap perkembangan manusia yaitu membongkar perbedaan antar negara, perkembangan persamaan negara, dan ketiga kemajuan manusia sesungguhnya. Dan Condorcet juga mengemukakan bahwa belajar sejarah itu dapat melalui, pengalaman masa lalu, pengamatan pada kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan peradaban manusia, da menganalisa kemajuan pemahaman manusia terhadap alamnya.
Dan penulis yang meminati masalah penataan masyarakat, Comte dipengaruhi oleh de Bonald, dimana ia mempunyai pandangan skeptis dalam memandang dampak yang ditimbulkan revolusi Perancis. Baginya revolusi nii hanya menghasilkan keadaan masyarakat yang anarkis dan individualis. De Bonald memakai pendekatan organis dalam melihat kesatuan masyarakat yang dipimpin oleh sekelompok orang yang diterangi semangat Gereja. Individu harus tunduk pada masyarakat.
Comte dan Positivisme
Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kamu positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari revolusi Perancis.
Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi guru sekaligus teman diskusi Comte. Menurut Simon untuk memahami sejarah orang harus mencari hubungan sebab akibat, hukum-hukum yang menguasai proses perubahan. Mengikuti pandangan 3 tahap dari Turgot, Simon juga merumuskan 3 tahap perkembangan masyarakat yaitu tahap Teologis, (periode feodalisme), tahap metafisis (periode absolutisme dan tahap positif yang mendasari masyarakat industri.
Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam tahap akhir perkembangan. Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis antara gejala-gejala ( diinspirasi dari de Bonald), sedangkan dinamika adalah urutan gejala-gejala (diinspirasi dari filsafat sehjarah Condorcet).
Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu :
1. Metode ini diarahkan pada fakta-fakta
2. Metode ini diarahkan pada perbaikan terus meneurs dari syarat-syarat hidup
3. Metode ini berusaha ke arah kepastian
4. Metode ini berusaha ke arah kecermatan.
Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan, eksperimen dan metode historis. Tiga yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, tetapi metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai perkambangan gagasan-gagasan.
Hukum Tiga Tahap Auguste Comte
Comte termasuk pemikir yang digolongkan dalam Positivisme yang memegang teguh bahwa strategi pembaharuan termasuk dalam masyarakat itu dipercaya dapat dilakukan berdasarkan hukum alam. Masyarakat positivus percaya bahwa hukum-hukum alam yang mengendalikan manusia dan gejala sosial da[at digunakan sebagai dasar untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan sosial dan politik untuk menyelaraskan institusi-institusi masyarakat dengan hukum-hukum itu.
Comte juga melihat bahwa masyarakat sebagai suatu keseluruhan organisk yang kenyataannya lebih dari sekedar jumlah bagian-bagian yang saling tergantung. Dan untuk mengerti kenyataan ini harus dilakukan suatu metode penelitian empiris, yang dapat meyakinkan kita bahwa masyarakat merupakan suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik.
Untuk itu Comte mengajukan 3 metode penelitian empiris yang biasa juga digunakan oleh bidang-bidang fisika dan biologi, yaitu pengamatan, dimana dalam metode ini [eneliti mengadakan suatu pengamatan fakta dan mencatatnya dan tentunya tidak semua fakta dicatat, hanya yang dianggap penting saja. Metode kedua yaitu Eksperimen, metode ini bisa dilakukans ecara terlibat atau pun tidak dan metode ini memang sulit untuk dilakukan. Metode ketiga yaitu Perbandingan, tentunya metode ini memperbandingkan satu keadaan dengan keadaan yang lainnya.
Dengan menggunakan metode-metode diatas Comte berusaha merumuskan perkembangan masyarakat yang bersifat evolusioner menjadi 3 kelompok yaitu, pertama, Tahap Teologis, merupakan periode paling lama dalam sejarah manusia, dan dalam periode ini dibagi lagi ke dalam 3 subperiode, yaitu Fetisisme, yaitu bentuk pikiran yang dominan dalam masyarakat primitif, meliputi kepercayaan bahwa semua benda memiliki kelengkapan kekuatan hidupnya sendiri. Politheisme, muncul adanya anggapan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang mengatur kehidupannya atau gejala alam. Monotheisme, yaitu kepercayaan dewa mulai digantikan dengan yang tunggal, dan puncaknya ditunjukkan adanya Khatolisisme.
Kedua, Tahap Metafisik merupakan tahap transisi antara tahap teologis ke tahap positif. Tahap ini ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dalam akal budi. Ketiga, Tahap Positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir, tetapi sekali lagi pengetahuan itu sifatnya sementara dan tidak mutlak, disini menunjukkan bahwa semangat positivisme yang selalu terbuka secara terus menerus terhadap data baru yang terus mengalami pembaharuan dan menunjukkan dinamika yang tinggi. Analisa rasional mengenai data empiris akhirnya akan memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum yang bersifat uniformitas.
Comte mengatakan bahwa disetiap tahapan tentunya akan selalu terjadi suatu konsensus yang mengarah pada keteraturan sosial, dimana dalam konsensus itu terjadi suatu kesepakatan pandangan dan kepercayaan bersama, dengan kata lain sutau masyarakat dikatakan telah melampaui suatu tahap perkembangan diatas apabila seluruh anggotanya telah melakukan hal yang sama sesuai dengan kesepakatan yang ada, ada suatu kekuatan yang dominan yang menguasai masyarakat yang mengarahkan masyarakat untuk melakukan konsensus demi tercapainya suatu keteraturan sosial.
Pada tahap teologis, keluarga merupakan satuan sosial yang dominan, dalam tahap metafisik kekuatan negara-bangsa (yang memunculkan rasa nasionalisme/ kebangsaan) menjadi suatu organisasi yang dominan. Dalam tahap positif muncul keteraturan sosial ditandai dengan munculnya masyarakat industri dimana yang dipentingkan disini adalah sisi kemanusiaan. (Pada kesempatan lain Comte mengusulkan adanya Agama Humanitas untuk menjamin terwujudnya suatu keteraturan sosial dalam masyarakat positif ini).
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat dasar dari suatu organisasi sosial suatu masyarakat sangat tergantung pada pola-pola berfikir yang dominan serta gaya intelektual masyarakat itu. Dalam perspektif Comte, struktur sosial sangat mencerminkan epistemologi yang dominan, dan Comte percaya bahwa begitu intelektual dan pengetahuan kita tumbuh maka masyarakat secara otomatis akan ikut bertumbuh pula.
Perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan yang lainnya selalu mengikuti hukum alam yang empiris sifatnya dan Comte merumuskan ke dalam 3 tahapan yaitu tahap Teologis, Metafisik dan Positif. Dimana dalam tahap teologis dimana pengetahuan absolut mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan dari tindakan langsung dari hal-hal supranatural. Tahap metafisik mulai ada perubahan bukan kekuatan suoranatural yang menentukan tetapi kekuatan abstrak, hal yang nyata melekat pada semua benda. Dan fase positif, sudah meninggalkan apa-apa yang dipikirkan dalam dua tahap sebelumnya dan lebih memusatkan perhatiannya pada hukum-hukum alam.
Jika ditilik dari penjelasan diatas maka bentuk dari perkembnagan sejarah Auguste Comte sulit untuk dipastikan apak mengikuti alur linier atau mengikuti alur spiral tetapi yang jelas Comte tidak terlalu murni menggunakan kedau alur tersebut, yang pasti ia mengarah pada progresifitas dimana masyarakat positif merupakan cita-cita akhirnya yang sebelum nya harus melalui 2 tahapan dibawahnya, yaitu tahap Teologis dan Metafisik
Artikel ini diambil dari : http://staff.blog.ui.edu/

Biografi Peter.l Berger

Peter.L.Berger dilahirkan di Vienna, Austria pada tahun 1929. Berger terlahir sebagai anak seorang pebisnis. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya sampai tingkat menengah, Berger bermigrasi ke Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, Berger kemudian melanjutkan pendidikannya di Wagner memorial Lutheran College, dengan spesialisasi pada studi filsafat. Setelah lulus dari Lutheran College, Berger melanjutkan studinya di The New School for Social Research dimana dia banyak belajar pada pemikir besar seperti: Alfred Schutz, Carl Mayer dan juga A. Solomon. Di The New School for Social Research ini pula Berger bertemu dengan temannya yaitu Thomas Luckman, dimana nantinya mereka menulis bersama sebuah buku berjudul “The Social Construction of Reality” yang terbit pada tahun 1966. Berger mendapatkan gelar Phd-nya pada tahun 1954 dengan disertasi “A Sociology of The Bahai Movement”. Setelah menyelesaikan disertasinya, Berger sempat bekerja untuk militer Amerika Serikat sebagai penerjemah dan pekerja sosial di klinik psikiatri selama dua (2) tahun dan juga selama satu (1) tahun di The Evangelical Academy di Bad Boll, Jerman. Setelah menjadi pekerja sosial, Berger sempat bekerja di The University of Georgia dan juga The Women’s College of The University of North Carolina hingga akhirnya pindah ke The Hartford Seminary Foundation sebagai Profesor di bidang etika sosial pada tahun 1958 hingga tahun 1963. Di Hartford, Berger mulai mempublikasikan karyanya diantaranya: The Precarius Vision (1961) dan The Noise of Solemn Assemblies (1961)
Dalam perjalanan karirnya, Berger kemudian berpindah lagi ke The New School of Social Research pada tahun 1963 sampai tahun 1970. Di New school ini Berger menulis buku yang membuatnya mendapat reputasi secara internasional. Pada tahun 1963, buku Berger yang berjudul “Invitation to Sociology” diterbitkan, buku tersebut membahas tentang masalah intrinsik dalam sosiologi dan juga sekaligus undangan untuk menggeluti ilmu bernama sosiologi tersebut. Salah satu chapter di buku tersebut yaitu man in society dan society in man kemudian dikembangkan menjadi sebuah buku yang ditulisnya bersama Thomas Luckman berjudul “The Social Construction of Reality: A Treatise in Sociology of Knowledge” diterbitkan pada tahun 1966. Buku ini merupakan rekonstruksi terhadap bidang studi sosiologi ilmu pengetahuan dari studi mengenai kaum intelektual (Sebagaimana dicetuskan oleh Karl Manheim) menjadi studi mengenai konstruksi sosial atas kenyataan,.buku ini sekaligus membuat nama Berger mendapat reputasi secara internasional. Konsep mengenai konstruksi sosial atas kenyataan ini kemudian diterapkan Berger dalam bidang agama sehingga menghasilkan buku berjudul ”The Sacred Canopy” pada tahun 1967. Pada tahun 1970, Berger bekerjasama dengan R.J. Neuhaus dan menerbitkan buku berjudul “Movement and Revolution” dimana di buku ini Berger mengungkapkan orientasi politiknya sebagai humanis konservatif.
Hingga akhir tahun 1960-an, Berger belum menunjukkan minatnya di bidang politik dan pembangunan di dunia ketiga, namun pengalamannya sebagai konsultan pada panitia pengarah dalam organisasi “Clergy and Laymen Concerned about Vietnam” membuatnya mulai tertarik pada bidang politik dan pembangunan di dunia ketiga. Untuk mengikuti minat barunya tersebut Berger banyak melakukan perjalanan ke daerah Karibia, Venezuela dan Meksiko pada tahun 1969. Pada tahun yang sama, Ivan Illich mengundang Berger untuk mengajar pada Centro Intercultural de Doccumentacion di Cuernavaca. Pengalamannya di think tank Ivan illich membuatnya menyadari adanya pertalian antara minat barunya mengenai politik dengan kegiatan ilmiah dia sebelumnya yaitu sosiologi ilmu pengetahuan. Sejak saat itu masalah-masalah politik dan pembangunan dunia ketiga menjadi minatnya sebagai ahli sosiologi. Di saat yang bersamaan, Berger meninggalkan New School dan berpindah ke Rutgers University. Perubahan minatnya membuat Berger menulis buku “ The Homeless Mind” yang terbit tahun 1973 mengenai kesadaran modern, di buku ini Berger menggunakan alat analisa dari sosiologi ilmu pengetahuan serta pada tahun 1974 juga diterbitkan buku berjudul “Pyramids of Sacrifice” mengenai perlunya memasukkan kriteria moral yaitu biaya-biaya manusiawi dalam kebijakan pembangunan. Di tahun 1972 bersama Briggite Berger, menulis buku “ Sociology A Biographical Approach” yang menjadi text book acuan untuk mahasiswa sosiologi tingkat awal.
Pada tahun 1979, Berger meninggalkan Rutgers University dan berpindah ke University of Boston sebagai professor. Di Boston, Berger mengembangkan minat yang baru serta tetap menulis buku berdasarkan minatnya yang lama. Diantara buku yang dihasilkannya adalah: “The Heretical Imperative” (1979), “To Empower People. The Role of Mediating Structures in Public Policy” (1977) bersama R.J.Neuhaus dan juga bersama Hanfried Kellner menulis buku mengenai metode sosiologi berjudul “ Sociology Reintepreted” (1981) Pada pertengahan tahun 1970-an, Berger untuk pertama kalinya mengunjungi Asia dari Jepang sampai semenanjung Malaya. Kunjungannya ke Asia, khususnya Asia timur ini merupakan titik balik dari pendirian Berger mengenai model-model pembangunan di dunia ketiga. Sebelumnya Berger tidak memihak antara model sosialis maupun kapitalis, namun kunjungan ke Asia Timur membuat Berger berubah pendiriannya menjadi ke kanan, dalam arti menjadi pro terhadap kapitalis dengan alasan secara moral, kapitalis merupakan taruhan yang lebih aman. Perubahan pendiriannya ini dituliskannya dalam bukunya yang berjudul “ The Capitalist Revolution” yang terbit pada tahun 1986 serta mengedit buku yang berjudul “Capitalism and Equality in the Third World” yang terbit pada tahun 1987.
Di University of Boston, Berger menjadi ketua di Institute for the Study of Economic Culture. Dimana institut tersebut mengkhususkan minatnya pada kaitan antara kebudayaan dengan ekonomi. Hingga sekarang Berger masih aktif menulis dan mengedit buku diantaranya adalah “ The Desecularization of the World. Resurgent Religion and World Politics” (1999), “Redeeming laughter” (2002) keduanya mengenai agama, serta mengedit buku mengenai globalisasi berjudul “ Many Globalizations.Cultural Diversity in the Contemporary World” yang terbit pada tahun 2002.

Biografi George Herbert Mead

George Herbert MeadSekilas perjalanan sosiologis dari beliau, George Herbert Mead penulis mencoba untuk menyuratkannya. Beliau lahir di South Hatley Massachussets pada tanggal 27 Februari 1863. Mead mendapat Sarjana Muda pada tahun 1883 di Oberlin College.
Saat berkuliah, Mead sangat terpengaruh filsafat dan agama yang sering didiskusikan dengan temannya. Sehingga Mead menjadi sangat krtitis dalam kajian kepercayaan yang bersifat supranatural.
Pada tahun 1887, Mead meneruskan kuliah di Universitas Harvard dan Universitas Leipzig, lalu beliau menjadi dosen di Universitas Michigan pada tahun 1891 dan setelah itu beliau pindah ke Universitas Chicago pada tahun 1894 atas undangan John Dewey. Dalam kuliah lanjutannya, Mead cenderung tertarik pada kajian psikologi daripada pada kajian filsafat yang beliau dalami sebelumya.
Mead sebagai staf pengajar, dikenal oleh mahasiswa-mahasiswanya dengan senyumnya yang khas dan menyejukkan. Karyanya Mind, Self, and Society disusun dari bahan kuliah stenografisnya pada tahun 1928. Mead dikenal juga sebagai seorang psikolog sosial, karena memang pada akhirnya ia banyak berbicara tentang proses berfikir, konsep diri dalam organisasi sosial, dan pola-pola pengambilan peran orang lain sebagai dasar organisasi sosial. Ia menganggap bahwa perkembangan sains dapat mengatasi problem sosial, untuk itu ia aktif dalam kegiatan sosial dan mengupayakan pendirian pemukiman sosial di Universitas Chicago. Ia meninggal tahun 1931 di rumahsakit akibat gagal jantung yang dideritanya.

Jumat, 11 Maret 2011

Sahabat dan Darah


Kenalin gue Aji,gue kuliah di salah satu unifersitas nergri ternama di Surabaya.cerita ini berawal saat gue mau pinjem buku di perpustakaan unifersitas gue,saat itu gue cuma berdua sama temen gue Ical atau biasanya gue panggil kebo.
Di perpus gua duduk sambil nyari buku buat bahan skripsi gue terus gue lihat buku warna merah kusam dan berdebu,gue ambil buku itu terus gue bersihin itu buku,kaget banget gue waktu baca judul buku itu…Buku itu berjudul “Aji loe akan mati di tangan gue !! “.
Gue ambil itu buku dan gue baca mantra di depan buku itu “Waizert serios expression mailana faizz”sekejap mata buku itu bersinar terang karena penasaran,”Kebo gua nitip ini ya ransel gua udah engak cukup nie !?” pinta gue, tanpa fikir panjang kebo nanggukin kepalanya, terus gue masukin ke ransel kecil si Kebo.”kebo nanti loe jadi bantu gue nyari kontrakan yang baru kan ??”ucapku.”Gimana ea ji gua lagi banyak urusan nie”kata kebo.”Sialan loe,kan loe sendiri yang bilang mau bantu gue, gimana sich loe !?”ucapku dengan nada sedikit sewot.”Ea dech gua bantuin”ucap kebo.
Setelah percakapan panjang gue tadi,ahirnya gue  masuk ke mobilnya si kebo dan mulai nyari kontrakan baru buat gue tapi engak ada yang cocok sama uang saku gue,ahirnya gue di antar kebo ke sebuah rumah besar yang kotor dan kayaknya udah lama engak di tempati.”ini rumah tante gue yang di Belanda,rumah ini sudah lama engak ada yang nemtempati kalau loe mau loe bisa tiggal di rumah ini”ucap kebo.”maksut loe??gue loe suruh tinggal di rumah sebesar ini sendirian !?”ucap gue sewot,”Ea dah gua bakalan bilang nyokap gue biar gua bisa tinggal disini sama loe, hari ini loe tidur di rumah gue aja dulu !!”ucap kebo marah.”Oceh !?”ucapku.
Segera gue pulang ke rumahnya Kebo…sesampainya disana gue makan malam sama keluarganya si Kebo,kemudian aku keluar ke CafĂ© deket rumahnya kebo,gua pergi sendirian dengan tas kecil yang masih menyentel soalnya kebo lagi sibuk baca buku buat skripsi dia.sesampainya di sana gua duduk di meja favorit gue sama kebo. Saat gue ke kamar kecil gua kaget banget saat liat buku merah tadi ada di tas gue..segera lach aku tutup lagi taskecilku itu kemudian aku telephone kebo “kebo buku merah tadi loe masukin ke tas kecil gue ta !?”Tanya gue.”Enggak orang bukunya di meja belajar gue kug”seru kebo.
“Jangan boong loe,orang bukunya ada di..lho kug enggak ada?beneran bo tadi bukunya ada di tas gue”Ucapku.”apa-apaan sich loe orang bukunya dari tadi di sini kug”ucap kebo marah.setelah konflik gue sama kebo tadi,segeralah gue pulang,sesampainya di rumahnya kebo gue lansung cuci muka kemudian tidur walaupun itu masih pukul 20:15 WIB.
Saat gue tidur gue mimpi di datangi orang tua pake’ baju serba hitam dan membawa pedang panjang pula.aku pun berlari dan terus berlari sampai pada ahirnya aku temukan sebuah rumah kayu tua di tengah hutan segeralah aku sembunyi di rumah tua itu kemudian ku dengar suara hentak kaki thok..thok..thok segeralah aku berdiri dan mengambil tongkat kayu yang ada di pojok rumah tadi.saat suara tadi terus mendekat dan rasanya ada di depan gue dan ternyata benar orang aneh tadi,segeralah aku daratkan pukulan tonkat itu ke kepala orang aneh tadi.
Tapi dia enggak mejerit kesakitan atau apa gitu malah dia semakin memantapkan lankahnya  mendekat,dekat dan terus mendekat sampai tibalah aku di pojok ruangan “Siapa loe !?”tanyaku padanya.”aku adalah orang yang terperankap dalam buku merah yang kamu ambil sebelum aku bunuh kamu sudah sepatutnya aku ucapkan terima kasih untuk kamu karena kamu sudah membuka segelku dan sekarang aku bisa membunuhmu”jawab orang aneh itu.Tolong-tolong hanya tu yang bisa aku lakukan,” percumah kamu minta tolong endak akan ada orang yang akan menolong kamu”seru orang aneh itu.
Saat orang itu mau mendaratkan pedangnya ke leherku..”arch”jeritku,dan aku terbangun dari tidurku yang tidak mengenakkan tadi.kebo pun sampai ikut terbangun”loe kenapa ji!?”Tanya kebo.”gue. .gue”tanpa sadar gue nagis.”loe kenapa sich ji !?”ucap kebo.”jangan tinggalin gue bo !?”pintaku.”loe tidur ea ji tenang aja gue enggak bakalan tinggalin loe karena loe satu-satunya sahabat gue”ucap kebo.”thanks ea bro”ucapku sambil tersenyum.karena saat itu masih pagi banget kira-kira jam duaan lach ahirnya gue tidur dengan perasaan tenang soalnya gue yakin kebo bakalan bantuin gue kalau gue lagi ada masalah.soalnya gue satu-satunya temen dia.karena dia anaknya enggak mudah bergaul.
Suara alaram yang sengaja aku idupin membangunkan kami berdua,segeralah kami bangun dari tidur kami dan bergegas bergantian mandi maklum kamar mandinya cuma ada satu,selesai mandi aku pun mengambil buku merah yang kemarin aku pinjam di perpustakaan sekolah.anehnya buku itu enggak ada di meja belajar tempat kebo menaruhnya kemarin.
“kebo buku merah yang kemarin loe taruh di mana !?”tanya ku sambil menggebrak pintu kamar mandi,”kan loe tau sendiri kemarin gue taru itu buku di meja belajar !!”jawab kebo.”Ea tadi sudah aku cari di meja belajar loe tapi enggak ada”ucapku ngotot.keluarlah kebo hanya dengan berbalut handuk,Wow..dia gendut banget he..he..he.
Segeralah kami menuju meja belajar anehnya..buku itu sudah ada di tempatnya”itu kan bukunya,loe ngerjain gue ea!?”tanya  Kebo.”kagak beneran tadi enggak ada suumpah”jawab ku.”Acrh sudalah enggak usah di bahas lagi wong boktinya sekarang ada gitu kug”cakap Kebo.
“Emang mau di apain cie bukunya !?”Tanya kebo.”Mau aku balikin ke perpus”jawabku.”kug mau di balikin cie kan belum selesai kamu baca !? belum kamu buka malahan!!,Tanya kebo.”ada suatu hal yang tersembunyi pada buku ini!?”jawabku.”lho kan malah asyik kalau ada suatu yang beda sama buku ini”seru kebo.”emang ea tapi arch uda lach kamu enggak akan ngerti apa yang aku maksut”kata ku.
Akhirnya aku sama kebo berangkat kuliah,,setelah beberapa menit sampai lah aku dan kebo di campusku.. kemudian kami langsung menuju perpus setelah itu masuklah kami ke kelas dan mendapatkan pelajaran sekitar 8 jam kemudian kami berangkat ke rumah yang mau kami tinggali sesampainya kami di rumah itu kami bersih-bersih sampai jam 9 malam dan memutuskan untuk tidur dan juga kami sepakat untuk bolos besok karena kami mau melanjutkan bersih-bersih ,,
Saat kami masuk ke kamar masing-masing tiba-tiba “Aaaaaaaaaach…”aku berteriak,sontak kebo kaget dan berlari ke kamarku yang kebetulan ada di samping kamarnya.”ada apa ji ??”Tanya kebo,”ada..ada..ada tikus,hehehe..”jawabku.”sialan loe bikin gua jantungan ja !?”ucap kebo ngotot.”abisnya di sini sepi banget kagag ada hiburan sama sekali”ujarku.
“Ea dech besok gua minta ke mamz gua biar di beliin Home teather gua juga nggak enak kalau nggak ada hiburanya”kata kebo,”Gitu dunk”cakapku.karena uda malam akhirnya gue sama kebo tidur di kamar masing – masing.
Anehnya mimpi aneh itu datang lagi tapi pd mimpi ini ada si Ical di samping gue dan si orang aneh kamarin bilang “percuma kamu kembalikan buku itu ke tempat asalnya karena aku tidak akan melepaskanmu “ kemudian orang aneh itu kembali mau mendaratkan pedangnya ke leherku tapi di luar dugaan gue si kebo ngerelain tanganya teriris demi ngelindungi gue,”keboo…loe jangan gila kenapa loe ngelindungin gue?” tanya ku.”karena loe sahabat gue and gue rela mati demi loe “jawabnya,”jika kamu terus menghalangi aku membunuh dia,akan ku bunuh juga kau “cakap orang aneh itu.kemudian aku terbangun dari tidurku yang tidak mengenekkan tadi,kemudian gue masuk ke kamarnya kebo dan tidurlah aku di kamarnya kebo berada di dekatnya gue ngerasa aman,memang kebo tow aneh tapi dia sahabat yang luar biasa bangetz buat gue,,loe ngak bakalan bisa temuin sahabat kayak dia.
akhirnya gua malas nulisnya pikir ndri ya gimana akhirnya,. akhihihi,.